Rabu, 20 Oktober 2010

Institut Dirosah Islamiah Al-Amien

Latar Belakang

KH. Maktum Jauhari, MAkh-maktum-jauhari
Berawal dari harapan masyarakat, agar Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan tidak berhenti sampai pada keberhasilan mengelola lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah, maka pada tahun 1980, dimulai rintisan pendirian lembaga pendidikan tingkat tinggi. Tiga tahun kemudian, persisnya tahun 1983, bersamaan dengan kunjungan Menteri Agama Republik Indonesia kala itu, Bapak Munawwir Syadzali, MA., diresmikan keberadaan lembaga pendidikan tinggi, yang pada saat itu disepakati bernama Pesantren Tinggi Al-Amien Prenduan yang disingkat PTA Prenduan.
Fakta akan harapan dan kebutuhan masyarakat terhadap urgensitas pendidikan tinggi pasca pesantren terbukti benar. Kali pertama menerima mahasantri, Pesantren Tinggi Al-Amien Prenduan dibanjiri peminat, dari alumni Al-Amien hingga pondok-pondok pesantren lain. Karenanya pimpinan PTA pada saat itu, memberlakukan seleksi masuk PTA secara ketat, dengan mempertimbangkan kualitas intelektual dan moral. Sehingga Pesantren Tinggi Al-Amien Prenduan, dikenal sebagai tempat berkumpulnya para santri dengan kualitas pemahaman agama yang dapat diandalkan.
Dalam perkembangan berikutnya, kehadiran mahasantri PTA memberi pengaruh istimewa terhadap geliat pendidikan di Pondok Pesantren Al-Amien, terutama dalam dinamisasi kegiatan-kegiatan keilmuan para santri. Masyarakat di sekitar Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, juga memperoleh dan merasakan manfaat kehadiran mereka, lewat beragam aktivitas dakwah dan pemberdayaan umat. Hingga kini, sejak mewisuda alumni pertamanya, PTA Prenduan telah melahirkan pimpinan-pimpinan pesantren, tokoh-tokoh agama, dan aktivis-aktivis dakwah yang disegani di wilayah nusantara.
Sayangnya, sistem pendidikan nasional pada masa itu, belum dapat menciptakan atmosphere kondusif bagi usaha-usaha kreatif warga bangsa ini, dalam memberikan pendidikan yang murah namun berkualitas baik. Fakta bahwa pendidikan teramat mahal untuk dinikmati oleh setiap anak bangsa ini, kian menyiratkan kegamangan pemerintah dalam mengelola sektor pendidikan bagi rakyat Indonesia. Sikap lamban pemerintah untuk memberikan pengakuan terhadap sumbangsih pondok pesantren dan lembaga pendidikan pasca pesantren kepada dunia pendidikan nasional, tentu saja dengan beragam apologi, menjadi tesis pembenar atas kegamangan pemerintah dalam mengambil kebijakan tersebut.
Dan karena itu, pada tahun 1985, Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan dengan pertimbangan situasi pendidikan nasional demikian, dan keinginan masyarakat akan keberadaan lembaga pendidikan tinggi alternatif yang diakui secara resmi oleh pemerintah, namun dengan tetap mempertahankan kualitas sistem dan validitas orientasi, kemudian mengubah Pesantren Tinggi Al-Amien menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Al-Amien (STIDA) Prenduan.
Pada tahun 1996, minat mahasiswa terhadap diversifikasi fakultas bertambah, sejalan dengan bertambahnya jumlah mahasiswa yang mendaftar. Kemudian setelah diadakan studi kelayakan oleh tim dari Kopertais wilayah IV Surabaya, proposal penambahan program studi disetujui. Status dan nama STIDA-pun beralih rupa menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Amien Prenduan, dengan membuka dua program studi/jurusan: Bimbingan dan Penyuluhan Islam/BPI (Dakwah), dan Pendidikan Agama Islam/PAI (Tarbiyah).
Perlahan namun pasti, prestasi demi prestasi institusional diraih oleh STAI Al-Amien Prenduan. Tak berapa lama kemudian, lewat Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional dengan nomor: 019/BAN-PT/Ak-IV/VIII/2000, STAI dinyatakan terakreditasi dengan nilai maksimum. Jalan menuju idealisme kian nampak di depan mata. Harapan bagi terwujudnya sebuah perguruan tinggi Islam yang representatif, semakin gamblang terhampar di hadapan. Dan segera setelah turunnya hasil akreditasi itu, sebuah tim dibentuk untuk merealisasikan idealisme berikutnya, yaitu merencanakan penambahan beberapa program studi (prodi), sebagai syarat bagi peningkatan status kelembagaan menjadi Institut.
Maka dengan membuka satu fakultas dan empat program studi baru pada tahun akademik 2001-2002, yaitu: Komunikasi & Penyiaran Islam (Dakwah), Pendidikan Bahasa Arab (Tarbiyah), dan Tafsir/Hadits serta Aqidah/Filsafat (Ushuluddin), sekolah Tinggi Agama Islam, berganti wajah menjadi Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA) Prenduan, yang kemudian mendapatkan pengakuan resmi seiring turunnya Surat Keputusan dari Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama RI. No. : Dj.II/144/2002.
Sumber: http://idiaprenduan.com/profil-2/latar-belakang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar